Sabtu, 28 Desember 2013

Pengertian dan Unsur-Unsur Pendidikan


PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN

     Seorang calon pendidik hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan. Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya, konsepdasar yang melandasinya, dan wujud pendidikan sebagi sistem

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
1.1.   Batasan tentang Pendidikan
    Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
a.   Pendidikan sebagai Proses transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
Dengan menyadari bahwa sistem pendidikan itu merupakan  subsistem dari sistem pembangunan nasional maka misi pendidikan sebagai transformasi budaya itu harus sinkron dengan beberapa pernyataan GBHN yang memberikan tekanan pada upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan itu sebagai berikut (BP.7 Pusat, 1990: 109-110):
1)     Kebudayaan nasional adalah yang berlandaskan pancasila adalah perwujudan cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia.
2)     Kebudayaan nasional yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus terus dipelihara, dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa dimasa depan.
3)     Perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan.
4)     Perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu menjawab tantangan pembangunan dikembangkan pranata sosial yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa.
5)     Usaha pembaruan bangsa perlu dilanjutkan di segala bidang kehidupan, baik bidang ekonomi, sosial budaya dan sebagainya.

b.   Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri (zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan, dimana untuk menjadi suatu pribadi perlu mendapatkan bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui bergaul denggan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan.
Meskipun telah dewasa, tetap diperlukan pengembangan diri agar kualitas kepribadian pun meningkat seiring tangtangan hidup yang dilalui. Dalam hubungan ini dikenal dengan istilah Pendidikan Sepanjang Hayat. Pembentukan pribadi mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang sejalan dengan perkembangan fisik. Yang juga meliputi pengembangan penyesuaian diri terhadap lingkungan, diri sendiri, dan juga terhaadap Tuhan.

c.   Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warganegara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Yang mana dalam hal ini tentunya disesuaikan dengan tujuan nasional suatu bangsa, dan tentunya berbeda-beda sesuai dengan falsafaah hidup yang digunakan.
Dalam undang-undang Pasal 27 menyatakan bahwa segala warga Negara bersam kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjungjung hukum dan pemerintahan itu dengan tak terkecuali. Sehingga kita sebagai warga Negara tentunya akan menyadari akan hak dan kewajiban kita.

d.   Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyimpana tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
Melalui kegiatan bekerja seseorang mendapat kepuasan bukan saja karena menerima imbalan, melainkan juga karena seseorang dapat memberikan sesuatu kepada orang lain (barang ataupun jasa)., bergaul, berkreasi, dan bersibuk diri. UUd Pasal 27 Ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Dalam GBHN (BP.7 Pusat, 1990: 70-79) sebagai arah dan kebijaksanaan pembangunan umum butir 22 (hal.70) dinyatakan mengembangkan SDM dan menciptakan angkatan kerja Indonesia yang tangguh, mampu, dan siap bekerja sehingga dapat mengisi semua jenis, tingkat lapangan kerja dalam pembangunan nasional. Selanjutnya dalam butir 23 (hal.71) dinyatakan: meningkkatkan pemerataan lapangan kerja dan kesempatan kerja serta memberikan perhatian khusus pada angkatan kerja usia muda. Adapun isi dari butir 10 (hal.96) tentang tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1)   Arah pembangunan ketenaga kerjaan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri sendiri.
2)   Meningkatkan perencanaan ketenaga kerjaan yang terpadu dan menyeluruh yang bersifat nasional.
3)   Menyempurnakan sistem informasimketenaga kerjaan yang mencakup penyediaan dan permintaan tenaga kerja.
4)   Meningkatkan upaya perlindungan tenaga kerja khususnya bagi tenaga kerja wanita.

e.   Definisi Pendidikan Menurut GBHN
GBHN 1988(BP 7 pusat, 1990: 105) memberikan batasan tentang pendidikan nasional sebagai berikut: pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk memingkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Definisi tersebut menggambarkan terbentuknya manusia yang utuh sebagai tujuan pendidikan. Pendidikan memperhatikan kesatuan aspek jasmani dan rohani, aspek diri (individualitas) dan aspek sosial, aspek kognitif, afektif dan psikomotor, serta segi keterhubungan manusia dengan dirinya(konsentris), dengan lingkungan social dan alamnya (horizontal), dengan Tuhannya (vertikal).

1.2.   Tujuan dan proses Pendidikan
a.   Tujuan pendidikan
       Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Tujuan demikian bersifat umum dan ideal, dan juga kandungannya sangat luas, sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukkan kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, waktu tertentu dengan menggunakan alat tertentu.
Didalam praktek pendidikan khususnya pada sistem persekolahan, didalam rentangan antara tujuan umum dengan tujuan yang sangat khusus terdapat sejumlah tujuan antara. Tujuan antara berfungsi untuk menjembatani antara tujuan umum dari sejumlah tujuan rincian khusus. Umumnya ada 4 jenjang tujuan yang tujuan didalamnya terdapattujuan antara, yaitu:
a)    Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia ialah manusia Pancasila.
b)    Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya. Jika semua lembaga (institusi) dapat mencapai tujuannya berarti tujuan nasional tercapai, yaitu terwujudnya manusia Pancasilais yang memiliki bekal khusus sesuai dengan misi lembaga pendidikan dimana seseorang menggembleng dirinya.
c)    Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran. Setiap lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan institusionalnya menggunakan kurikulum. Kurikulum mempunyai tujuan yang disebut tujuan kurikuler.
d)    Tujuan instruksional.
Materi kurikulum yang berupa kumpulan dari beberapa bidang studi terdiri dari pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan. Tujuan pokok bahasan dan sub pokok bahasan disebut instruksional, yaitu penguasaan materi pokok bahasan/sub pokok bahasan. Tujuan pokok bahasan disebut tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan sub pokok bahasan disebut tujuan instruksional khusus (TIK). TIK merupakan tujuan yang terletak pada jenjang terbawah dan paling ternatas ruang lingkupnya. Sifatnya operasional, dan terkerjakan (work-able).

Secara keseluruhan macam-macam tujuan tersebut diatas merupakan suatu kebulatan. Tujuan umum memberikan arah kesemua tujuan yang lebih rinci dan jenjangnya yang lebih rendah. Sebaliknya tujuan yang lebih khusus menunjang pencapaian tujuan yang lebih luas dan yang jenjangnya lebih tinggi untuk sampai kepada tujuan umum.

b Proses pendidikan
        Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Pengelolaan proses dalam lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU Pendidikan, Peraturan Pemerintah, SK Menteri, SK Dirjen serta dokumen-dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional lainnya. Pengelolaan dalam ruang lingkup meso merupakan implikasi kebijakan-kebijakan nasional kedalam kebijakan operasional dalam ruang lingkup wilayah dibawah tanggung jawab Kakanwil Depdikbud. Pengelolaan dalam runag lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-kebijakan yang berlangsung di dalam lingkungan sekolah ataupun kelas, sanggar-sanggar belajar dan satuan pendidikan lain. Dan pengelola utamanya adalah para tenaga-tenaga pendidik di lingkungan itu sendiri.
Adapun tujuan utama pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal. Pengelolaan proses pendidikan itu harus mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan  teknologi yang ada.

  
1.3.   Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)
    PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lal   u, kemudian dibangkitkan kembali oleh comenius 3 abad yang lalu (di abad 16). Selanjutnya PSH didefenisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan penstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua.(Cropley:67)
PSH bukan suatu sistem pendidikan yang berstruktur, melainkan suatu prinsip yang menjadi dasar dan menjiwai seluruh organisasi sistem pendidikan yang ada serta dengan kata lain PSH menembus batas-batas kelembagaan, pengelolaan, program yang berabad-abad mendesakkan diri pada sistem pendidikan. Kemudian 40 tahun yang lalu John Dewey ahli filsafat dari Amerika (1859-1952) menaruh keyakinan bahwa yang pokok dalam pendidikan adalah kegiatan anak sendiri. Kegiatan itu merupakan manifestasi dari kehidupan. Tidak ada kehidupan tanpa kegiatan. Sepanjang hidup harus ada keaktifan. Dimana anak wajib memperoleh pengetahuan dari usahanya sendiri.
Di Indonesia, respon terhadap konsep PSH itu sangat positif dan dituangkan dalam kebijakan Negara yaitu dalam ketetapan MPR No.IV/MPR/1973 jo. Ketetapan MPR No.IV/MPR/1978 tentang GBHN yang menetapkan prinsip Pembangunan Nasional antara lain: dalam bab IV bagian pendidikan, butir (d) berbunyi: GBHN pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga/keluarga dan masyarakat, karena itu pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Dapat disebutkan bahwan didalam melaksanakan pendidikan setiap lembaga-lembaga pendidikan tersebut (informal, formal, dan non-formal) wajib saling mengisi karena salah satunya saja tidaklah cukup.
Berikut ini merupakan beberapa alasan-alasan mengapa PSH diperlukan:
a.  Rasional
Didalam tulisan Cropley dengan memperhatikan masukan darisebagian pemerhati pendidikan mengemukakan beberapa alasan yang antara lain: keadilan, ekonomi(biaya pendidikan), perubahan perencanaan, perkembangan teknologi, factor vokasional, kebutuhan orang dewasa, kebutuhan anak-anak masa awal, (Cropley; 32-44).
b.  Alasan keadilan
Terselenggara PSH secara luas dimasyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial. Hinsen menunjukkan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya PSH yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley: 33). Dalam hubungan ini Bowle mengemukakan pendapat bahwa PSH pada prinsinya dapat mengeliminir peranan sekolah sebagai alat untuk  melestarikan ketidak adilan sosial (Cropley-:33).

c.  Alasan ekonomi
Dalam hubungannya dengan masalah tersebut PSH yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemerosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar (Cropley:35).
Pertanyaan yang diajukan oleh pakar ekonomi lazimnya ialah apakah PSH dapat meningkatkan rate of return pendidikan. Terhadap persoalan tersebut para pendudkung PSH menyatakan secara lebih berhati-hati yakni bahwa keuntungan yang diperoleh dari PSH terutama berupa peningkatan kualitas hidup, kemaknaan diri (self fulfillment), melepaskan diri dari belenggu kebodohan, kemiskinan dan eksploitasi, meskipun bukan peningkatan produksi kerja dan GNP (Cropley,-: 35-36).
d.  Alasan faktor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek
Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda Negara maju dan Negara-negara sedang berkembang memberikan dampak yang besar terhadap terjadinya perubahan-perubahan kehidupan sosial-ekonomi dan nilai-budaya. Selain itu adanya ketidak sinkronan antara konsep pendidikan lingkungan keluarga dengan pendidikan lingkungan sekolah juga mengakibatkan menimbulkan kesenjangan. Kesenjangan dan perubahan nilai-nilai akibat adanya perkembangan iptek tersebut dapat diisi melalui penyelenggaraan Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) yang sifatnya menembus batas-batas kelembagaan.
Serempak dengan itu gejala sosial yang lain juga mempunyai arti penting, yaitu meningkatkan emansipasi wanita. Emansipasi wanita yang telah berlangsung demikian pesat telah mengubah konsep tentang dunia dan peran wanita, dimana banyak wanita yang mampu melakukan pekerjaan pria begitu pula sebaliknya.
e.  Alasan perkembangan iptek
Perkembangan di dunia iptek memunculkan pendekatan-pendekatan baru dan perubahan orientasi dalam proses blajar mengajar, konsep pengembangan tingkah laku, perubahan peran guru dan siswa, munculnya berbagai tenaga kependidikan non-guru, pendayagunaan sumber belajar yang semakin bervariasi dan lain-lain. Kesemuanya itu mengandung potensi yang kaya bagi terselenggaranya Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH).
f.  Alasan sifat pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek disatu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi tidak dapt dipungkiri disis lain juga memberikan andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang dapat menyerap banyak tenaga kerja dan munculnya proses-proses baru di dalam cara bekerja. Begitu pula dengan persyaratan kerja yang dapat terus berubah sewaktu-waktu.
Hal itu menuntut seseorang harus berkemauan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus. System pendidikan yang tidak mampu menyajikan dua macam kemungkinan bekal kerja sekaligus, yaitu  bekal kerja siap pakai (ibarat kunci pas) dengan resiko cepat dilanda keusangan, atau bekal dasar yang masih harus dikembangkan sendiri oleh lulusan ke arah yang diperlukan (ibarat kunci Inggris).
Kondisi seperti digambarkan itu mengandung implikasi bahwa PSH merupakan alternatif yang dapat mengantisipasi pemecahan masalah-masalah yang di hadapi oleh pekerja di masa depan.

Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
Dengan diterimanya PSH sebagai konsep dasar pendidikan maka berarti sifat kodrati pendidikan lebih menembus dan menjiwai penyelenggaraan semua sistem pendidikan yang ada, yang sudah melembaga ataupun yang belum. Seperti yang telah dijelaskan terdapat ciri-ciri khas PSH, yang diharapkan menjiwai pendidikan masa kini dan mesa mendatang. Adapun ciri-ciri yang dimaksud adalah:
a)  PSH menghilangkan tembik pemisah antara sekolah dengan lingkungan nyata kehidupan luar sekolah.
b)  PSH menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan. Porsi belajar disekolah jauh lebih kecil disbanding keseluruhan proses belajar sepanjang hayat yang berkisar 1 : 4.
c)  PSH lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi pendidikan. Ini karena sis pendidikan bisa berubah sewaktu-waktu.
d)  PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelakuutama dari proses pendidikan, dalam artian peserta didik menjadi aktif dan kreatif yang tidak hanya duduk dan mencatat saja.

Selain cirri-ciri diatas masih ada beberapa alasan mengapa Pendidikan Sepanjang Hayat perlu digalakkan:
a)  Pada hakekatnya belajar berlangsung sepanjang hidup.
b)  Sekolah tradisional tidak dapat memberikan bekal kerja yang coraknya semakin tidak menentu dan cepat berubah.
c)  Pendidikan masa balita mempunyai peranan penting sebagai fondasi pembentukan pribadi dan bagi aktualisasi diri.
d)  Sekolah tradisonal menggangu pemerataan keadilan untuk memperoleh kesempatan pendidikan.
e)  Biaya penyelenggaraan sekolah tradisional sangat mahal.

1.4.    Kemandirian dalam belajar
a.    Arti dan perinsip yang melandasi
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kamauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada perinsip bahwa individu yang belajar akan sampai kepada perolehan hasil belajar.

b.    Alasan yang menopang
Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S. 1988; 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
·         Perkembangan iptek berlangsung semakin pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik(khususnya guru) mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik.
·         Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relatif.
·         Para ahli psikologi umumnya sependapat, bahwa peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondidi yang dihadapi dengan mengalami atau mempraktekannya sendiri.
·         Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai-nilai ke dalam diri peserta didik.
Sehubungan dengan dengan alsan perkembangan iptek tersebut Raka Joni menyatakan (Raka Joni, 1981:5) percepatan perubahan benar-benar telah mengusangkan banyak hasil belajar dalam waktu yang semakin cepat. Bila kita tetap menginginkan pendidikan menunaikan fungsinya dalam arti yang seluas-luasnya, mulai dari pembentukan ketrampilan kerja sampai dengan penemuan diri sendiri dalam kaitan fungsional kerja sampai dengan penemuan diri sendiri dalam kaitan fungsional dengan masyarakat, maka suatu reorientasi yang cukup mendasar perlu dilakukan.
Konsep belajar kemandirian dalam belajar sebagaimana dikemukakan itu bahwa implikasi kepada konsep pembelajaran, peranan pendidik khususnya guru dan peranan peserta didik.

B. UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
1.  Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2.  Orang yang membimbing (pendidik)
3.  Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4.  Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5.  Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6.  Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7.  Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

2.1.    Peserta Didik
    Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
a.   Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b.   Individu yang sedang berkembang.
c.   Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
d.   Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
  
2.2.     Orang yang membimbing (pendidik)
    Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
Hal penting yang harus diperhatikan adalah masalah kewibawaan. Ibarat suatu lampu bagaimanapun juga suatu kewibawaan dapat memudar jika tidak dirawat dan dibina. Menurut M.J.Langeveld ada tiga sendi kewibawaan yang harus dibina (Langeveld, 1955: 42-44) yaitu adalah kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan.

2.3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
    Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

2.4. Materi/Isi Pendidikan
Materi/isi pendidikan diramu dan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa dan semangat Bhineka Tunggal Ika dapat tumbuh dan berkembang.

2.5. Konteks yang mempengaruhi pendidikan
a.    Alat dan Metode
          Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif.
a) Yang bersifat preventif yaitu yang dimaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman.
b) Yang bersifat kuratif yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasehat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan dan juga hukuman.
Untuk  memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1) Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Kesesuaian dengan peserta didik.
3) Kesesuaian dengan pendidik sebagai si pemakai.
4) Kesesuaian dengan situasi dan kondisi saat digunakannya media atau alat tersebut.

b.  Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)
     Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM
1.     Pengertian Sistem
Beberapa definisi sitem menurut para ahli:
a.    Sistem adalah suatu kebulatan keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. (Tatang M. Amirin, 1992:10)
b.    Sistem meruapakan himpunan komponen yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. (Tatang Amirin, 1992:10)
c.    Sistem  merupakan sehimpunan komponen atau subsistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai rencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Tatang Amirin, 1992:11)
Meskipin dengan definisi yang berbeda-beda, namun ketiganya itu mengandung unsur-unsur  persamaan yang dapat dipandang sebagai ciri umum dari system yaitu yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
-   Sistem merupakan suatu kesatuan yang berstruktur.
-   Kesatuan tersebut terdiri dari sejumlah komponen yang saling berpengaruh.
-   Masing-masing komponen mempunyai fungsi tertentu dan secara bersama-sama melaksanakan fungsi struktur, yaitu mencapai tujuan sistem.
Dengan demikian sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan integral dari sejumlah komponen. Komponen-komponen tersebut satu sama lain saling berpengaruh dengan fungsinya masing-masing, tetapi sacara fungsi komponen-komponen itu terarah pada pencapaian suatu tujuan (tujuan dari sistem).

2.    Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan.
  Untuk mempermudah pemahaman di dalam komponen system pendidikan, maka berikut akan dikeemukakan pengandaian dari TOFFLER.
TOFFLER (1970)menganalogikan sekolah dengan sebuah pabrik. Memang sebenarnya usaha pendidikan itu tidaklah dapat disamakan dengan pabrik. Tetapi jika dilihat dari segi proses mekanismenya ada persamaan diantara keduanya. Misalnya sebuah pabrik gula didirikan dalah untuk memproduksi gula. Pabrik tersebut membutuhkan bahan mentah (Raw Input) yang berupa tebu atau bahan lainnya. Untuk memproses tebu menjadi gula sebagai keluaran (Output) diperlukan mesin-mesin penggilingan beserta perangkat lainnya (sarana dan prasarana) yang ditangani oleh pekerja, kepala bagian sampai dengan pemimpin pabrik (tenaga). Tenaga bekerja berdasarkan petunjuk-petunjuk, peraturan-peraturan, sistematika, dan prosedur serta jadwal yang telah ditetapkan (program). Disamping itu juga dilakukan pencatatan dan pendataan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan produksi (administrasi).
Sarana dan prasarana, ketenagaan, program dan administrasi yang diperlukan untuk pemrosesan bahan mentah seperti yang dikemukakan  merupakan masukan instrumental (Instrumental Input). Kemudian segenap lingkungan yang berpengaruh terhadap pemerosesan masukan mentah disebut masukan lingkungan (enviromental input).
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen. Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan), instrumental input(guru, kurikulum), environmental input(budaya, kependudukan, politik dan keamanan).
Apa yang dikemukakan diatas itu dapat digambarkan sebagai berikut:












INSTRUMENTAL INPUT
 






Oval: OUTPUT









 









ENVIROMENTAL INPUT
 
 


Gambar 2.1 Model sistem terbuka

Gambar diatas mengilustrasikan dengan apa yang disebut dengan “model sistem terbuka”. Karena pada umumnya menggambarkan model yang berlaku atau terdapat pada berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan:
a.  Sistem baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi tamatan (output).
b.  Guru dan tenaga non guru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan, sarana dan prasana merupakan instrumental input yang memungkinkan dilaksanakannya pemrosesan mentah menjadi tamatan.
c.  Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan, politik dan keamanan Negara merupakan faktor lingkungan masukan atau disebut dengan environmental input. Dimana bias mempengaruhi masukan instrumental input secara langsung maupun tidak langsung dalam pemerosesan masukan mentah (raw input).

3.    Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sitem Lain dan Perubahan Kedudukan dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem dari  bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg2_q_GIDMEVxPqmcPDZaOqL-aLETBMTckDks5uePeC_W_l97ZUL15yhXlCLsW57Xtrmd18HNtcRFGl8elRMoRBIljdjKQrBgiPsG9KiyDHMm0jmP7nryRk4Zxnk3u3IPt7hyZA7M6qfTE/s400/1.jpg

Gambar 2.2. Diagram hubungan Supra Sistem, Sistem, dan
Sub Sistem (komponen)

4.    Pemecahan masalah pendidikan secara sistematik.
a.    Cara memandang sistem
     Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sitem ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang lebih besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
Selanjutnya memandang suatu system dalam konteks ruang lingkup yang lebih besar (supra sistem) mempunyai manfaat agar kita memandang suatu persoalan tidak lepas dari hal-hal yang melatar belakangi atau yang mewadahinya. Sebab dibalik sebuah system sebagai produk budidaya atau rekayasa, seperti sistem pendidikan, tentu terdapat konsep dan cita-cita.
b.    Masalah berjenjang
     Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan sebab akibat, alternatif masalah, dan latar belakang masalah.
Atau dapat dijabarkan sabagai berikut:
-   Sebab-akibat adalah masalah-masalah yang menimbulkan reaksi sebab-akibat antara masalah yang satu dengan lainnya, atau dengan kata masalah suatu masalah dapat menyebabkan masalah yang lainnya.
-   Alternatif masalah adalah dimana suatu masalah itu dapat memecahkan masalah yang lainnya.
-   Latar belakang masalah adalah masalah yang menjadi latar belakang dari segala masalah yang ditemui.

c.    Analisis sitem pendidikan
     Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien dan efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa kita dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya harus memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam masalah pendidikan yang akan dipecahkan.
Kadang-kadang bias terjadi bahwa kondisi semua komponen pendukung system pendidikan sudah baik. Mungkin yang belum baik hubungan antar komponen, dan jika terjadi hal yang demikian maka usaha antar komponen perbaikan cukup diarahkan pada perbaikan hubungan antar komponen, sedangkan perhitungan pada komponennya sendiri tidak perlu dilakukan.
Dengan demikian jika seandainya tujuan sistem tidak tercapai sepenuhnya, maka dapat diusahakan:
a)  Ditemukan komponen apa yang mengandung kelemahan.
b)  Hubungan antar komponen manaa yang mengandung kelemahan.
c)  Perbaikan terhadap komponen dan ataupun hubungan antar komponen yang lemah tersebut.

Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan tidak saja berguna untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan dalam ruang lingkup mikro tetapi juga makro.
d.    Saling  hubungan antarkomponen
     Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak berhibungan secra fungsional dengan komponen lain.
Hubungan fungsional antar komponenini berupa hubugan yang bersifat dinamis antar komponen-komponen dan menggerakkan fungsi dari seluruh komponen terarah pada tujuan sistem. Selanjutnya andaikan hubungan yang dimaksud sudah cukup lancer, tetapi apabila hanya berlangsung demikian saja “asal dinamis” tetapi membias dari arah tujuan sistem, maka hubungan seperti itu belum pula bersifat fungsional. Sebab tidak akan sampai kepada pencapaian tujuan sistem.
e.    Hubungan sitem dengan suprasistem
     Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan. Sdangkan segenap segi kehidupan itu kita butuhkan, sehingga semuanya memerlukan pembinaandan pengembangan.
Antara system tersebut terdapat hubungan fungsional yang saling menunjang. Berdasarkan itu pula maka sistem pendidikan hanya dapat terbina dan berkembang dengan baik apabila strategi pengembangannya mengindahkan pengembangan yang terjadi pada sistem-sistem yang lain. Sistem-sistem tersebut secara keseluruhan membentuk supra sistem. Jelasnya pembangunan sistem pendidikan nasional (sistem) hanya akan berhasil jika mengacu kepada pembangunan nasional secara keseluruhan (supra sistem).
 
5.     Keterkaitan antara pengajaran dan pendidikan
Istilah pengajaran dapat dibedakan dari pendidikan, tetapi sulit dipisahkan. Jika yang diperssoalkan atau dijadikan penekaanan aspek pengetahuan, disebut engan “pengajaran”, dan jika aspek pembentukan tingkah laku  dan sikap disebut dengaan “pendidikan”. Selain itu masih ada segi-segi lain yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

PENGAJARAN
(INSTRUCTION)
PENDIDIKAN
(EDUCATION)

Lebih menekankan padaa penguasaan wawasan dan pengetahuan tentang bidang/ program tertentu seperti pertanian, kesehatan, dll.

Lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai)

Memakan waktu relatif pendek

Memakan waktu relatif panjang

Metode bersifat lebih rasionil, teknis praktis

Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi

Maka, kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan adalah:
a. Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing saling mengisis.
b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-masing dapat dipahami lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran mengusahakan isinya. Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.

6.    Pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice education) sebagai sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu. Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal tambahan kepada oramg-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-kursus, dan lain-lain.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa semakin hari porsi pendidikan dalam jaabatan semakin bertambah besar sehingga relatif hamper sama dengan porsi pendidikan dalam jabatan. Dengan kata lain pendidikan pra jabatan dan pendidikan dalam jabatan merupakan dua macam paket program pendidikan yang terkait dalam suatu sistem pendidikan yang terpadu.
Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan oleh pendidikan dalam jabatan.

7.     Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.
  Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA, dan PT. Sementara itu pendidikan Taman Kanak-Kanak masih dipandang sebagai pengelompokan belajar yang menjembatani anak dalam suasana hidup dalam keluarga dan di sekolah.
Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, setiap warga Negara diwajibkan mengikuti Pendidikan Formal minimal sampai tamatan SMP.
Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau skill guna terjun ke masyarakat. Penyelenggaraannya berupa adanya kursus-kursus, paguyuban, sarasehan, Kejar Paket A dan B, serta kegiatan-kegiatan PKK. Berikut ini adalah beberapa hal yang menyebabkan terdorongnya perkembangan pendidikan Non Formal, yaitu:
-   Semakin banyaknya jumlah angkatan muda yang tidak dapat melanjutkan sekolah. Sedangkan mereka terdorong untuk memasuki lapangan kerja dengan harus memiliki keterampilan tertentu yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja.
-   Lapangan kerja, khususnya sektor swasta, mengalami perkembangan cukup pesat dan lebih pesat ketimbang sektor pemerintah.
Masing-masing lapangan kerja tersebut menuntut persyaratan-persyaratan khusus, yang lazimnya belum dipersiapkan oleh pendidikan formal.
Pendidikan informal adalah suatu fase pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal. Sebenarnya tidak sulit dipahami karena sebagian besar waktu peserta didik adalah justru berada di dalam ruang lingkup yang sifatnya Informa (keluarga).
­  Dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-sistem tersebut berperanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar